Wednesday, September 18, 2019

LOGO ESTV-EEC BECORA 2019



Hau Nia BIODATA




  PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN

profile parokia Becora




PERFIL  / Profile Parokia Becora


Editor Bily Sempre
warik oan 










BAB I
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Di awal gereja perdana muncul banyak orang Kristen bahkan muncul juga para klerus atau imam dengan adanya para klerus inilah maka muncul gereja diberbagai pelosok karena mereka sebagai misionaris yang mana mereka datang ketempat misi untuk membawa ajaran agama khususnya agama katolik. Timor Leste juga merupakan daerah misi dan yang pertama kali gereja masuk adalah melalui Oe-cusse (Lifau), pada tahun 1515. Dari Oe-cusse ini mereka mulai masuk ke Dili dan Ainaro.
Para misionaris datangnya dari Negara Portugal. Setelah pemberitaan kabar gembira itu banyak orang yang dibaptis dan hal ini membut para misionaris mulai membuka stasi atau wilayah rohani. Gereja yang pertama adalah St. Antonius – Motael. Dan selanjutnya barulah yang lainnnya. Yang mau penulis bahas adalah mengenai Paroki Becora. Di mana awalnya dia hanya merupakan stasi saja namun dengan adanya penambahan umat yang begitu pesat maka akhirnya stase tersebut diubah menjadi Paroki.
Proses untuk menjadi paroki bukanlah merupakan hal yang gampang saja melainkan melalui suatu proses yang panjang. Sebab kalau melihat pada pendirian paroki Becora ini pada tahun 1965, itu berarti awalnya merukan stasi biasa yang mana bernaung di bawah paroki lain. Proses pendirian suatu poroki mempunyai beberapa kriteria yakni, bahwa mempunyai tanah sendiri, memiliki jumlah umat yang cuku dan bahkan masih ada kriteria lain lagi. Dan yang berhak memutuskan untuk stasi itu menjadi paroki adalah seorang paus, di mana atas usulan oleh seorang uskup dimana stasi itu berada pada wilayah keuskupannya, dan setelah usulan uskup diterima oleh paus maka akan dibuat suatu surat keputusan mengenai pendirian Paroki tersebut surat keputusan paus itu dinamakan Bulla.

       1.2  Tujuan Penulisan

Dalam penulisan mini makalah ini ada tujuannya yakni ; tujuan secara umum agar pembaca dapat mengerti dan memahami tentang arti dari profil dan bagaimana cara untuk menata administrasi di paroki sebagai seorang katekis, sedangkan tujuan khususnya adalah ;

1.      Agar dapat membina daya analisis mahasiswa dalam membuat suatu karya ilmiah
2.      Agar dapat melatih mahasiswa untuk lebih kreatif dalam membuat suatu karya ilmiah.
3.      Karena kepedulian penulis mengenai Profil Paroki Becora.
4.      Untuk memenuhi nilai Tes Tengah Semester (TTS) yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah yang bersangkutan.

1.3  Metode Penulisan

Dalam menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan, angket yang diberikan ke paroki untuk di isi dan penulis juga menafsirkan pengetahuan yang ada dalam buku-buku referensi, serta pengetahuan yang mana penulis ketahui.

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam manfaat penulisan ini penulis melihat dari dua segi yakni bagi para katekis muda dan bahkan lebih khusus lagi bagi penulis.




1.4.1   Bagi para Katekis

Dengan adanya penelitian mengenai metode dan manfaat ini sekaligus dapat menjadi bahan pelajaran, agar kinerja katekis dapat ditingkatkan lagi, khususnya mengenai profil tersebut.

1.4.2  Bagi Penulis

Agar penulis memahami lebih mendalam tentang profil/administrasi dalam paroki itu yang bagaimana. Dan bukan hanya dengan angan – angan atau kayalan melainkan dengan suatu metode.





















BAB II
PROFIL PAROKI HATI KUDUS YESUS BECORA

2.1  Pengertian
2.1.1       Profil
Profil menurut kamus besar bahasa Indonesia mengatakan bahwa dipandang dari samping; atau lukisan (gambaran) tentang sesuatu sketsa biografi suatu wilayah; seperti tanah dan sebagainya. Profil ini berfungsi untuk mengetahui sejarah dan bahkan latar belakang dari sesuatu yang belum di ketahui.
Profil ini juga bisa dengan menggunakan wawancara atau melalui quesioner. Wawancara berarti metode penyelidikan yang menggunakan pertanyaan secara lisan. Dan bahkan menuntut si pewawancara harus bertatap muka langsung dengan orang yang akan di wawancarai, sementara Quesioner berarti Metode penyelidikan yang menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi obyek. Dari dua jenis metode ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan;

2.1.1.1  Keuntungan dari Metode Wawancara

a.      Ada kesempatan untuk menjelaskan atau memperjelas pertanyaan – pertanyaan yang kurang jelas
b.      Pertanyaan dapat disesuaikan dengan situasi atau keadaan
c.      Keuntungan adanya hubungan yang langsung dapat merupakan bantuan untuk memperoleh bantuan yang dikendaki.

2.1.1.2  Kekuarangan / Kelemahan dari Metode Wawancara

a.      Kurang hemat dalam soal waktu, tenaga dan biaya
b.      Membutuhkan keahlian sehingga perlu menciptakan didikan dan latihan
c.      Apabila ada prasangka maka akan mempengaruhi hasil penyelidikan tersebut

2.1.1.3  Kelebihan dari Metode Quesioner

a.      Praktis
b.      Waktu relative singkat dan jangkauan lebih luas
c.      Sedikit tenaga yang dipergunakan
d.      Orang dapat menjawab dengan leluasa

2.1.1.4  Kelemahan dari Metode Quesioner

a.      Kesulitan untuk mendapat penjelasan yang detail
b.      Pertanyaan – pertanyaan tidak bisa diubah sesuai dengan situasi
c.      Biasanya Quesioner tidak selamanya kembali secara utuh

2.1.2       Paroki

Paroki adalah berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Tetangga”. Hal ini merupakan bagian dari satu keuskupan yang mempunyai pastor paroki sendiri, mempunyai otonomi sampai tingkat tertentu dan berada dibawah yuriduksi uskup lokal (bdk KHK 374-515).

2.2              Sejarah Berdirinya Paroki Hati Kudus Yesus Becora

Awal berdirinya paroki Hati Kudus Yesus. Daerah Becora dahulu merupakan tempat terpencil dan jauh dari kegiatan umum, dan juga aktivitas gereja/spiritual dan ekonomi, maupun politik. Kediaman pastor paroki pun boleh dikatakan jauh dari keramaian penduduk bahkan penduduk sendiripun merasa bahwa tempat itu keramat atau mempunyai kekuatan supra natural. Mengapa demikian karena dimana kediaman pastor paroki atau disebut dengan pastoran masih banyak rumput dan pohon – pohon besar, ada juga binatang liar yang berada disana. Awalnya juga masyarakat di tempat itu bukan mayoritas katolik, tempat kepercayaan mereka adalah kepercayaan Animisme, dan orang katolik yang dibaptis saat itu adalah baru sedikit kurang lebih tiga ratus orang (300).
Kondisi ini yang membuat Mgr. Jaime Garcia Goulart terdorong  untuk membuka suatu gereja Katolik. Agar dengan begitu membuka jalan untuk mewartakan Injil lebih jelas dan terarah di suatu tempat.
Pada waktu Mgr.  Jaime Garcia Goulart melihat atau mensurvei dua tempat yakni Culu-Hun dan Becora, uskup bersama dengan para pastor yang lain pergi untuk melihat dua tempat tersebut. Namun pada akhirnya keputusan untuk mendirikan Gereja di daerah Becora

2.2.1       Proses Mendirikan Gereja

Pembangunan gedung gereja dimulai pada tahun 1965 perencanaan tersebut dilaksanakan oleh Pe. Jezaquel untuk mengadakan pembangunan tersebut, sebelum pembangunan dimulai pertama – tama mereka meminta tanah.
Tanah yang mana sekarang ini gereja dibangun merupakan tanah pemberian dari seorang tuan tanah dengan nama Bpk. José da Conceição Silva.
Pembangun gedung gereja tersebut dimulai oleh Pe. Antonio Eduardo Berito pada tahun 1962 dan berakhir pada tahun 1964, namun pada 13 Oktober 1965 diresmikan dan peresmian tersebut dipimpin oleh Mgr. Jaime Garcia Goulart, akan tetapi penanggung jawab atas gereja ini masih dibawa naungan Paroki Balide, jadi boleh dikatakan bahwa gereja Becora merupakan satu stasi dari Paroki Balide. Pada waktu itu pastor paroki Balide adalah Pe. João Brito yang sekaligus merupakan penanggung jawab gereja Becora selama tujuh bulan. Becora resmi menjadi paroki di bawah kepemimpinan keuskupan Dili dengan surat keputusan uskup no 22/1966 dengan pelindungnya adalah “Hati Kudus Yesus”. Sebenarnya pembangunan itu di kuluhn namun karena tuan tanah tidak memberikan tanah atau tempat untuk membangun gedung Gereja. Luas tanah yang dimiliki oleh paroki adalah ….. (maaf karena saya sudah tanya namun mereka yang berada di paroki tidak mengetahui secara pasti) karena masih ada keragu-raguan mengenai luas tanah maka penulis tidak berani untuk mengarangnya.

2.2.2       Situasi Paroki Becora di tahun 1965-an

Di masa – masa awal Paroki Becora berdiri umat katolik masih bisa dihitung dengan jari sebab saat itu umat yang dibabptis 300 orang dan yang pada saat itu menerima sakraman pernikahan pertama yakni; Antonio Silva dan Carme Vila Nova 5 November 1965, dan sesudahnya João Fereira dan Francisca Parada,  pada tanggal 12 Dsember 1969.
Dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh uskup Dili pada tahun 1966 maka resmilah gereja Becora menjadi satu paroki sendiri dan yang menjadi pastor paroki dikala itu adalah Pe. Antonio Alves. Paroki Becora pun akhirnya berdiri sendiri dan tidak lagi berada di bawah naungan gereja Balide melainkan dia berdiri secara independen namun tetap dibawah naungan keuskupan Dili.
Pekerjaan yang dilakukan oleh pastor paroki membuat pastor merasa kelelahan sebab itu dia perlu mencari katekis untuk membantu dia dalam tugas kegembalaan itu. Dan yang menjadi katekis pertama adalah:
1.       Bpk Salvador da Conceção Silva
2.      Mariano de Carvalho
3.      João Ferreira



Ke-tiga katekis ini mengabdikan diri mereka di paroki hingga kini. Katekis pertama Bpk. Salvador telah di panggil oleh Allah sedangkan dua yang lainnya masih hidup samapai sekarang. Bapak Mariano tidak lagi bekerja sebagai katekis mengingat usia yang semakin lanjut sementara bapak João masi terus bekerja sampai sekarang.

2.2.3       Situasi Paroki Becora di Zaman sekarang

Melihat dari berbagai perubahan di zaman moderen ini keadaan umat yang ada diparoki Becora bertambah banyak mengingat karena sekarang ini gereja tersebut berada di kota. Pekerjaan juga dapat membawa suatu keuntungan bagi paroki setempat. Mengapa demikian karena dengan orang yang bekerja di kota sebagai pegawai ataupun wira-swasta langsung membangun rumah mereka dimana mereka bekerja. Situasi yang dahulu dengan sedikit umat kini bertambah. Ada juga pemahaman masyarakat mulai terbuka untuk menerima realitas dengan menata hidup mereka ke arah yang lebih baik.

2.2.4               Pastor Merupakan Gembala Umat (bibi atan diak masin no naroman ba sosiadade)
Melihat pada sakramen Imamat yang diterima oleh seorang Imam adalah tugas kegembalaan dan sekaligus mewakili Kristus di dunia ini. Tugas perutusan yang diterima itu bukanlah sesuatu yang permanen atau tetap melainkan ada masa jabatannya. Kalau dilihat dari awal pendirian paroki hingga kini yang menjabat sebagai pastor paroki sudah mencapai 10 orang tidak dihitung pastor pembantu
Pastor yang menjabat sebagai Pastor Paroki di Becora yakni :
1.      Pe. Antonio Alves                                 : (30 Mei 1965 -23 Mei 1971)
2.      Pe. Demetrio Barros                             : (23 Mei 1971 – 8 Oktober 1971)
3.      Pe. Agustinho da Costa                        : (8 Oktober 1971–1 November 1979)
4.      Pe. Alberto Ricardo da Silva               : (1 Novenber 1979-10 Juli 1980)
5.      Pe. Mateus do Rosario da Braz           : (10Juli 1980-8 Mei 1983)
6.      Pe. José Alvaro N. S. M e Monteiro   : (8 Mei1983-4 Februari 2000)
7.      Pe. Rafael dos Santos                    : (4 February 2000-12 Agustus 2001
8.      Pe. Aureo José da Costa Gusmão : (Hanya sebagai administrador 4 bulan)
9.      Pe. Luis Bonaparte do Rêgo          : 12 Agustus 2001-1 September 2005)
10. Pe. Guilhermino da Silva               : 1 September 2005 hingga sekarang
Dengan adanya pergantian pastor paroki ini tujuannya adalah agar para umat pun tidak merasa bosan atau jenuh, dan bahkan program dari pastor paroki pun ada bermacam-macam serta bervariasi. Pastor paroki ini juga dibantu oleh orang lain yang bekerja di sekretariat. Dengan adanya kerja sama antara pastor paroki dan dewannya maka dapat memudahkan pastor paroki untuk mengontrol umatnya secar baik.
Namun terkadang dengan perkembangan zaman ini membuat umat kurang memahami pastor parokinya, pada hal pekerjaan sebagai pastor paroki adalah sulit apalagi kalau jumlah umatnya begitu banyak. Sebuah paroki pasti memiliki wilayah-wilayah/stasi-stasi antara lain mencakup ;
1.      Bedois
2.      Akanunu
3.      Hera
4.      Metinaro
5.      Mutu Dare
6.      Dare Lau
7.      Bidau
Dengan tujuh wilayah ini membuat pastor paroki harus kerja ekstra untuk dapat mengembangkan semua wilayahnya, bukan memperhatikan yangsatu dan mengabaikan yang lain, sebab itu penulis berpendapat bahwa seorang imam yang menjabat sebagai pastor paroki harus siap mengahadapi berbagai tantangan. Dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk dapat mengembangkan wilayah parokinya.





2.2.5        Bukti Nyata Gereja Becora dan beberapa dokumen lain



Gereja Paroki Becora Tampak dari Depan



Gereja Paroki Becora Tampak dari samping Kiri



Gereja Paroki Becora Tampak dari samping Kanan







Gereja Becora


Bpk. Mariano Katekis III

Bpk. João Fereira Katekis II



Bpk. Salvador Katekis I



Uskup
Jaime Garcia Goulart.
























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Dengan adanya pendirian paroki baru maka menuntut umat yang berdomisili disitu bersama dengan pastor paroki harus bekerja keras demi memajukan wilayah yang di kelolahnya.
Proses untuk mendirikan suatu paroki bukanlah hal yang gampang saja sama seperti membuka toko, melainkan mempunyai proses yang cukup panjang. Dan proses ini harus disetujui oleh paus atas usulan seorang uskup. Jika usulan itu di terima maka paus akan mengeluarkan suatu surat keputusan yang mana dinamakan Bulla.
Begitu pun perjalanan pendirian paroki Becora ini juga menempuh proses yang serupa. Awalnya memang sulit, namun bila berhasil maka para penggantinya akan merasa sedikit gampang, sekarang tergantung dari pastor penggantinya itu. Pekerjaan sebagai seorang gembala adalah harus menyerahkan diri sepenuhnya pada tugas pelayanannya sama seperti Kristus yang dahulu menyerahkan diri sepenuhnya pada karya perutusan Bapa-Nya.

3.2  Saran

Dilihat dari kenyataan yang sudah terjadi bahwa profil suatu paroki dapat membantu para pastor paroki untuk melihat kembali, apakah parokinya mengalami suatu perkembangan atau kemunduran. Dengan demikian penulis menganjurkan agar :
1.      Profil dari suatu paroki hendaklah jelas dan terperinci agar dapat memudahkan semua pihak yang bekerja di paroki itu.
2.      Lewat Profil ini kita juga dapat mengetahui perkembangan Umat setempat
3.      Hendaklah Para pastor paroki yang baru jangan mangangap remeh tentang profil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA


1.      Kamus Bahasa Indonesia. 1998 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yogyakarta
2.      Sui Regina. 2008 Diktat Katekese Umat. Dili
3.      Corlleans J. 1998 Kamus Teologi. Yogyakarta