Editor Bily Sempre
warik oan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di
awal gereja perdana muncul banyak orang Kristen bahkan muncul juga para klerus
atau imam dengan adanya para klerus inilah maka muncul gereja diberbagai
pelosok karena mereka sebagai misionaris yang mana mereka datang ketempat misi
untuk membawa ajaran agama khususnya agama katolik. Timor Leste juga merupakan
daerah misi dan yang pertama kali gereja masuk adalah melalui Oe-cusse (Lifau),
pada tahun 1515. Dari Oe-cusse ini mereka mulai masuk ke Dili dan Ainaro.
Para
misionaris datangnya dari Negara Portugal. Setelah pemberitaan kabar gembira
itu banyak orang yang dibaptis dan hal ini membut para misionaris mulai membuka
stasi atau wilayah rohani. Gereja yang pertama adalah St. Antonius – Motael.
Dan selanjutnya barulah yang lainnnya. Yang mau penulis bahas adalah mengenai
Paroki Becora. Di mana awalnya dia hanya merupakan stasi saja namun dengan
adanya penambahan umat yang begitu pesat maka akhirnya stase tersebut diubah
menjadi Paroki.
Proses
untuk menjadi paroki bukanlah merupakan hal yang gampang saja melainkan melalui
suatu proses yang panjang. Sebab kalau melihat pada pendirian paroki Becora ini
pada tahun 1965, itu berarti awalnya merukan stasi biasa yang mana bernaung di
bawah paroki lain. Proses pendirian suatu poroki mempunyai beberapa kriteria
yakni, bahwa mempunyai tanah sendiri, memiliki jumlah umat yang cuku dan bahkan
masih ada kriteria lain lagi. Dan yang berhak memutuskan untuk stasi itu
menjadi paroki adalah seorang paus, di mana atas usulan oleh seorang uskup
dimana stasi itu berada pada wilayah keuskupannya, dan setelah usulan uskup
diterima oleh paus maka akan dibuat suatu surat keputusan mengenai pendirian
Paroki tersebut surat keputusan paus itu dinamakan Bulla.
1.2 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan mini makalah ini ada tujuannya yakni ; tujuan secara umum
agar pembaca dapat mengerti dan memahami tentang arti dari profil
dan bagaimana cara untuk menata administrasi di paroki sebagai seorang katekis, sedangkan tujuan khususnya adalah ;
1.
Agar
dapat membina daya analisis mahasiswa dalam membuat suatu karya ilmiah
2.
Agar
dapat melatih mahasiswa untuk lebih kreatif dalam membuat suatu karya ilmiah.
3.
Karena
kepedulian penulis mengenai Profil Paroki Becora.
4.
Untuk
memenuhi nilai Tes Tengah Semester (TTS) yang diberikan oleh dosen pengasuh
mata kuliah yang bersangkutan.
1.3 Metode Penulisan
Dalam menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan,
angket yang diberikan ke paroki untuk di isi dan penulis juga menafsirkan pengetahuan yang ada dalam buku-buku
referensi, serta pengetahuan yang mana penulis ketahui.
1.4 Manfaat Penulisan
Dalam manfaat penulisan
ini penulis melihat dari dua segi yakni bagi para katekis muda dan bahkan lebih
khusus lagi bagi penulis.
1.4.1 Bagi para Katekis
Dengan adanya penelitian mengenai metode dan manfaat ini sekaligus dapat
menjadi bahan pelajaran, agar kinerja katekis dapat ditingkatkan lagi, khususnya
mengenai profil tersebut.
1.4.2 Bagi Penulis
Agar penulis
memahami lebih mendalam tentang profil/administrasi
dalam paroki itu yang bagaimana.
Dan bukan hanya dengan angan – angan atau kayalan melainkan dengan suatu
metode.
BAB II
PROFIL PAROKI HATI KUDUS YESUS BECORA
2.1
Pengertian
2.1.1
Profil
Profil
menurut kamus besar bahasa Indonesia mengatakan bahwa dipandang dari samping;
atau lukisan (gambaran) tentang sesuatu sketsa biografi suatu wilayah; seperti
tanah dan sebagainya. Profil ini berfungsi untuk mengetahui sejarah dan bahkan
latar belakang dari sesuatu yang belum di ketahui.
Profil
ini juga bisa dengan menggunakan wawancara atau melalui quesioner. Wawancara
berarti metode penyelidikan yang menggunakan pertanyaan secara lisan. Dan
bahkan menuntut si pewawancara harus bertatap muka langsung dengan orang yang
akan di wawancarai, sementara Quesioner berarti Metode penyelidikan yang
menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang
yang menjadi obyek. Dari dua jenis metode ini masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan;
2.1.1.1 Keuntungan dari Metode Wawancara
a.
Ada kesempatan untuk menjelaskan atau
memperjelas pertanyaan – pertanyaan yang kurang jelas
b.
Pertanyaan dapat disesuaikan dengan
situasi atau keadaan
c.
Keuntungan adanya hubungan yang langsung
dapat merupakan bantuan untuk memperoleh bantuan yang dikendaki.
2.1.1.2 Kekuarangan / Kelemahan dari Metode Wawancara
a.
Kurang hemat dalam soal waktu, tenaga
dan biaya
b.
Membutuhkan keahlian sehingga perlu
menciptakan didikan dan latihan
c.
Apabila ada prasangka maka akan
mempengaruhi hasil penyelidikan tersebut
2.1.1.3 Kelebihan dari Metode Quesioner
a.
Praktis
b.
Waktu relative singkat dan jangkauan
lebih luas
c.
Sedikit tenaga yang dipergunakan
d.
Orang dapat menjawab dengan leluasa
2.1.1.4 Kelemahan dari Metode Quesioner
a.
Kesulitan untuk mendapat penjelasan yang
detail
b.
Pertanyaan – pertanyaan tidak bisa
diubah sesuai dengan situasi
c.
Biasanya Quesioner tidak selamanya
kembali secara utuh
2.1.2
Paroki
Paroki
adalah berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Tetangga”. Hal ini merupakan
bagian dari satu keuskupan yang mempunyai pastor paroki sendiri, mempunyai
otonomi sampai tingkat tertentu dan berada dibawah yuriduksi uskup lokal (bdk
KHK 374-515).
2.2
Sejarah
Berdirinya Paroki Hati Kudus Yesus Becora
Awal
berdirinya paroki Hati Kudus Yesus. Daerah Becora dahulu merupakan tempat
terpencil dan jauh dari kegiatan umum, dan juga aktivitas gereja/spiritual dan
ekonomi, maupun politik. Kediaman pastor paroki pun boleh dikatakan jauh dari
keramaian penduduk bahkan penduduk sendiripun merasa bahwa tempat itu keramat
atau mempunyai kekuatan supra natural. Mengapa demikian karena dimana kediaman
pastor paroki atau disebut dengan pastoran masih banyak rumput dan pohon – pohon
besar, ada juga binatang liar yang berada disana. Awalnya juga masyarakat di
tempat itu bukan mayoritas katolik, tempat kepercayaan mereka adalah
kepercayaan Animisme, dan orang katolik yang dibaptis saat itu adalah baru sedikit
kurang lebih tiga ratus orang (300).
Kondisi
ini yang membuat Mgr. Jaime Garcia Goulart terdorong untuk membuka suatu gereja Katolik. Agar
dengan begitu membuka jalan untuk mewartakan Injil lebih jelas dan terarah di
suatu tempat.
Pada
waktu Mgr. Jaime Garcia Goulart melihat
atau mensurvei dua tempat yakni Culu-Hun dan Becora, uskup bersama dengan para
pastor yang lain pergi untuk melihat dua tempat tersebut. Namun pada akhirnya
keputusan untuk mendirikan Gereja di daerah Becora
2.2.1
Proses Mendirikan Gereja
Pembangunan
gedung gereja dimulai pada tahun 1965 perencanaan tersebut dilaksanakan oleh Pe.
Jezaquel untuk mengadakan pembangunan tersebut, sebelum pembangunan dimulai
pertama – tama mereka meminta tanah.
Tanah
yang mana sekarang ini gereja dibangun merupakan tanah pemberian dari seorang
tuan tanah dengan nama Bpk. José da Conceição Silva.
Pembangun
gedung gereja tersebut dimulai oleh Pe. Antonio Eduardo Berito pada tahun 1962
dan berakhir pada tahun 1964, namun pada 13 Oktober 1965 diresmikan dan
peresmian tersebut dipimpin oleh Mgr. Jaime Garcia Goulart, akan tetapi
penanggung jawab atas gereja ini masih dibawa naungan Paroki Balide, jadi boleh
dikatakan bahwa gereja Becora merupakan satu stasi dari Paroki Balide. Pada
waktu itu pastor paroki Balide adalah Pe. João Brito yang sekaligus merupakan
penanggung jawab gereja Becora selama tujuh bulan. Becora resmi menjadi paroki
di bawah kepemimpinan keuskupan Dili dengan surat keputusan uskup no 22/1966
dengan pelindungnya adalah “Hati Kudus Yesus”. Sebenarnya pembangunan itu di
kuluhn namun karena tuan tanah tidak memberikan tanah atau tempat untuk
membangun gedung Gereja. Luas tanah yang dimiliki oleh paroki adalah ….. (maaf karena saya sudah
tanya namun mereka yang berada di paroki tidak mengetahui secara pasti)
karena masih ada keragu-raguan
mengenai luas tanah maka penulis tidak berani untuk mengarangnya.
2.2.2
Situasi Paroki Becora di tahun 1965-an
Di
masa – masa awal Paroki Becora berdiri umat katolik masih bisa dihitung dengan
jari sebab saat itu umat yang dibabptis 300 orang dan yang pada saat itu
menerima sakraman pernikahan pertama yakni; Antonio Silva dan Carme Vila Nova 5
November 1965, dan sesudahnya João Fereira dan Francisca Parada, pada tanggal 12 Dsember 1969.
Dengan
surat keputusan yang dikeluarkan oleh uskup Dili pada tahun 1966 maka resmilah
gereja Becora menjadi satu paroki sendiri dan yang menjadi pastor paroki dikala
itu adalah Pe. Antonio Alves. Paroki Becora pun akhirnya berdiri sendiri dan
tidak lagi berada di bawah naungan gereja Balide melainkan dia berdiri secara
independen namun tetap dibawah naungan keuskupan Dili.
Pekerjaan
yang dilakukan oleh pastor paroki membuat pastor merasa kelelahan sebab itu dia
perlu mencari katekis untuk membantu dia dalam tugas kegembalaan itu. Dan yang
menjadi katekis pertama adalah:
1.
Bpk Salvador da Conceção Silva
2.
Mariano de Carvalho
3.
João Ferreira
Ke-tiga
katekis ini mengabdikan diri mereka di paroki hingga kini. Katekis pertama Bpk.
Salvador telah di panggil oleh Allah sedangkan dua yang lainnya masih hidup
samapai sekarang. Bapak Mariano tidak lagi bekerja sebagai katekis mengingat
usia yang semakin lanjut sementara bapak João masi terus bekerja sampai sekarang.
2.2.3
Situasi Paroki Becora di Zaman sekarang
Melihat
dari berbagai perubahan di zaman moderen ini keadaan umat yang ada diparoki
Becora bertambah banyak mengingat karena sekarang ini gereja tersebut berada di
kota. Pekerjaan juga dapat membawa suatu keuntungan bagi paroki setempat. Mengapa
demikian karena dengan orang yang bekerja di kota sebagai pegawai ataupun wira-swasta
langsung membangun rumah mereka dimana mereka bekerja. Situasi yang dahulu dengan
sedikit umat kini bertambah. Ada juga pemahaman masyarakat mulai terbuka untuk
menerima realitas dengan menata hidup mereka ke arah yang lebih baik.
2.2.4
Pastor Merupakan Gembala Umat (bibi atan
diak masin no naroman ba sosiadade)
Melihat
pada sakramen Imamat yang diterima oleh seorang Imam adalah tugas kegembalaan
dan sekaligus mewakili Kristus di dunia ini. Tugas perutusan yang diterima itu
bukanlah sesuatu yang permanen atau tetap melainkan ada masa jabatannya. Kalau
dilihat dari awal pendirian paroki hingga kini yang menjabat sebagai pastor
paroki sudah mencapai 10 orang tidak dihitung pastor pembantu
Pastor
yang menjabat sebagai Pastor Paroki di Becora yakni
:
1.
Pe. Antonio Alves : (30 Mei 1965
-23 Mei 1971)
2.
Pe. Demetrio Barros : (23 Mei 1971 – 8
Oktober 1971)
3.
Pe. Agustinho da Costa : (8 Oktober 1971–1
November 1979)
4.
Pe. Alberto Ricardo da Silva : (1 Novenber 1979-10 Juli 1980)
5.
Pe. Mateus do Rosario da Braz : (10Juli 1980-8 Mei 1983)
6.
Pe. José Alvaro N. S. M e Monteiro : (8 Mei1983-4 Februari 2000)
7.
Pe. Rafael dos Santos : (4 February 2000-12 Agustus 2001
8.
Pe. Aureo José da Costa Gusmão : (Hanya sebagai
administrador 4 bulan)
9.
Pe. Luis Bonaparte do Rêgo
: 12 Agustus 2001-1 September 2005)
10.
Pe. Guilhermino da Silva
: 1 September 2005 hingga
sekarang
Dengan
adanya pergantian pastor paroki ini tujuannya adalah agar para umat pun tidak
merasa bosan atau jenuh, dan bahkan program dari pastor paroki pun ada
bermacam-macam serta bervariasi. Pastor paroki ini juga dibantu oleh orang lain
yang bekerja di sekretariat. Dengan adanya kerja sama antara pastor paroki dan
dewannya maka dapat memudahkan pastor paroki untuk mengontrol umatnya secar
baik.
Namun
terkadang dengan perkembangan zaman ini membuat umat kurang memahami pastor
parokinya, pada hal pekerjaan sebagai pastor paroki adalah sulit apalagi kalau
jumlah umatnya begitu banyak. Sebuah paroki pasti memiliki wilayah-wilayah/stasi-stasi
antara lain mencakup ;
1.
Bedois
2.
Akanunu
3.
Hera
4.
Metinaro
5.
Mutu Dare
6.
Dare Lau
7.
Bidau
Dengan
tujuh wilayah ini membuat pastor paroki harus kerja ekstra untuk dapat mengembangkan
semua wilayahnya, bukan memperhatikan yangsatu dan mengabaikan yang lain, sebab
itu penulis berpendapat bahwa seorang imam yang menjabat sebagai pastor paroki
harus siap mengahadapi berbagai tantangan. Dan berusaha dengan sekuat tenaga
untuk dapat mengembangkan wilayah parokinya.
2.2.5
Bukti Nyata Gereja Becora dan beberapa dokumen
lain
|
Gereja Paroki Becora Tampak
dari Depan
|
|
Gereja Paroki Becora Tampak
dari samping Kiri
|
|
Gereja Paroki Becora Tampak
dari samping Kanan
|
Gereja Becora
Bpk.
Mariano Katekis III
|
Bpk. João Fereira
Katekis II
|
|
Bpk.
Salvador Katekis I
|
|
Uskup
Jaime Garcia
Goulart.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan
adanya pendirian paroki baru maka menuntut umat yang berdomisili disitu bersama
dengan pastor paroki harus bekerja keras demi memajukan wilayah yang di
kelolahnya.
Proses
untuk mendirikan suatu paroki bukanlah hal yang gampang saja sama seperti
membuka toko, melainkan mempunyai proses yang cukup panjang. Dan proses ini
harus disetujui oleh paus atas usulan seorang uskup. Jika usulan itu di terima
maka paus akan mengeluarkan suatu surat keputusan yang mana dinamakan Bulla.
Begitu pun perjalanan
pendirian paroki Becora ini juga menempuh proses yang serupa. Awalnya memang
sulit, namun bila berhasil maka para penggantinya akan merasa sedikit gampang,
sekarang tergantung dari pastor penggantinya itu. Pekerjaan sebagai seorang
gembala adalah harus menyerahkan diri sepenuhnya pada tugas pelayanannya sama
seperti Kristus yang dahulu menyerahkan diri sepenuhnya pada karya perutusan
Bapa-Nya.
3.2 Saran
Dilihat dari kenyataan yang sudah terjadi bahwa profil
suatu paroki dapat membantu para pastor paroki untuk melihat kembali, apakah
parokinya mengalami suatu perkembangan atau kemunduran. Dengan demikian penulis
menganjurkan agar :
1.
Profil dari suatu paroki hendaklah jelas
dan terperinci agar dapat memudahkan semua pihak yang bekerja di paroki itu.
2.
Lewat Profil ini kita juga dapat
mengetahui perkembangan Umat setempat
3.
Hendaklah Para pastor paroki yang baru
jangan mangangap remeh tentang profil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kamus Bahasa Indonesia. 1998 Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Yogyakarta
2.
Sui Regina. 2008 Diktat Katekese Umat.
Dili
3.
Corlleans J. 1998 Kamus Teologi.
Yogyakarta
No comments:
Post a Comment